puisi, seni, cerpen, cerita, sastra

Thursday, June 18, 2015

The Last Hope (Seleksi) #episode 5

Seleksi

Haripun berganti, seperti biasanya suara itu membangunkanku, "Silahkan berkumpul di Central Hall". Dan seperti biasanya Defender siap memandu aku kesana, lalu akupun masuk ke Central Hall. Ternyata tak seperti yang kubayangkan seperti kemarin, ternyata hanya Archon yang terpilih yang datang di Central Hall dan semua anak yang lain menjalani proses pelatihan sesuai divisi mereka. "Selamat datang semua Archon, kalian terpilih karena kalian memiliki potensi menjadi yang lebih kuat dan lebih pintar dari semua anak-anak di Orbit", Central Bot memberi sambutannya. "Kalian akan menjalani seleksi sesuai program yang telah dibuat oleh sistem kami, yang terbaik dari kalian akan menjadi King Archon".

King Archon adalah pemimpin tertinggi disini, dia yang bertanggung jawab penuh terhadap kami semua dan dia harus dapat menjaga kami tetap aman hingga misi kami selesai, yaitu kembali kebumi. Sungguh tak mudah memang untuk menjadi King Archon, karena dia harus mempunyai jiwa seorang pemimpin yang rela berkorban demi rakyatnya.

"Kalian akan menghadapi 5 kali tes seleksi, dan yang tiap tes kalian akan diberi poin melalui sistem kami. Yang memiliki poin terbanyak akan menjadi King Archon. Tes pertama adalah tes kepandaian kalian, kalian akan diminta untuk membuat sebuah robot petarung dan yang terbaik akan memperoleh poin tertinggi. Dan kalian akan diberi waktu selama sehari untuk membuatnya dengan alat yang sudah tersedia", jelas Central Bot. "Silahkan kalian mempersiapkan diri untuk tes pertama. Tes pertama akan dimulai besok dengan disaksikan semua orang di Central Hall", kata Central Bot menutup pertemuan kami. Dan kami kembali ke kamar masing-masing untuk beristirahat dan memikirkan robot apa yang akan dibuat besok.

#to be continued

Wednesday, June 17, 2015

The Last Hope (Divisi) #episode 4

Divisi

Pagi hari sudah datang, kamipun dibangunkan dengan suara, "Silahkan berkumpul di Central Hall". Central Hall adalah pusat dari Orbit yang digunakan untuk tempat berkumpul semua orang. Disana telah disediakan tempat duduk yang sesuai dengan nomornya. Akupun segera bangun dan tak lama kemudian seperti biasanya salah satu Defender memanduku dan akupun tiba di Central Hall. Tempat ini lebih luas dari yang kubayangkan. Lalu ku ikuti Defender itu dan duduk di tempat yang sudah tersedia, tentu sesuai nomor yang sudah ada.

"Selamat datang semuanya, Saya adalah Central Bot. Saya telah diprogram untuk mengendalikan pesawat ini selama kalian masih berlatih untuk bertahan hidup", Cental Bot berbicara di tengah-tengah kami. Central bot adalah sebuah sistem yang mengatur segala aktifitas di Orbit. Dia adalah otak dari orbit. "Sistem kami membutuhkan anak-anak yang bisa mengendalikan, menjaga, dan merawat sistem kami. Oleh karena itu kalian akan masuk pada pilihan dari bakat-bakat yang kalian miliki saat ini". Lalu dari bawah kursi kami muncul alat scanning yang melacak bakat kami dari mata kami. Alat ini memang sudah biasa digunakan di bumi untuk memilih bakat anak-anak saat akan bersekolah sehingga mereka akan sesuai dengan kemampuannya.

Ada beberapa Divisi yang ada di Orbit seperti Healer yang mempunyai tugas menangani kesehatan di Orbit, Guardian mempunyai tugas sebagai penjaga atau prajurit perang, Cyborg sebagai ahli dalam bidang teknologi, Driver adalah pengendara robot dan pesawat tempur, dan Archon yaitu seorang pemimpin yang ahli dalam semua bidang tadi yang akan memimpin semuanya. Hanya akan di pilih sepuluh Archon dan hanya satu Archon yang akan menjadi ketuanya setelah tahap seleksi. Setiap anak yang berusia 15 hingga 17 tahun akan melalui tahap Scanning, sedangkan yang lain hanya akan mendapat pelatihan. Para bayi dan anak yang masih kecil di asuh oleh Defender dan mereka mendapatkan perlindungan khusus.

Dan alat Scanning mulai bekerja secara serentak, aku gugup dan tidak tahu apa yang akan terjadi nantinya. Lalu alat Scanningpun selesai dan hasilpun bermunculan di atas meja kami. "Zack, aku seorang Healer", kata Rose disebelahku dengan muka senang. Tetapi alat Scanningku tidak mendapatkan hasil yang pasti dan kursiku membawaku kedepan ditengah-tengah Central Hall itu. Ternyata aku tak sendirian ada sekitar 14 anak yang bernasib sama sepertiku. "Kalian adalah anak yang terpilih dan kalian semua akan menjadi pemimpin", kata Central Bot kepada kami. "Ronald Sword, kau adalah pemimpin dari Guardian, Ann Marry kau adalah pemimpin Healer, Richard Smart kau adalah pemimpin Cyborg, Ken Fernandes kau adalah pemimpin Driver", kata Central Bot dan keempat anak terpilih itu maju kedepan menerima pangkatnya. "Dan kalian akan menjadi Archon, pemimpin kami", kata Central Bot kepada kami yang tersisa. Aku tak mengerti kenapa aku yang terpilih menjadi Archon. Menjadi Archon adalah tugas yang berat untuk kami. "Kalian akan menjalani seleksi untuk mendapatkan yang terbaik yang akan menjadi King Archon", Central Bot berbicara kepada kami. Akupun sangat gugup mendapati semua ini dan aku tak mempunyai pilihan lain untuk mengikutinya. Lalu kamipun kembali ke tempat awal kami dengan diiringi tepuk tangan dan sorak sorai semuanya anak.

"Zack, kau sungguh hebat", kata Rose memberi ucapan selamat kepadaku dan aku hanya tersenyum datar dan masih tak percaya. Lalu kamipun kembali menuju kamar kami dan beristirahat. Aku hanya bisa menatap ke jendela kamarku melihat jagad raya ini, dan berdiam sejenak lalu kupejamkan mataku.

#to be continued

Tuesday, June 16, 2015

The Last Hope (Orbit) #episode 3

Orbit

Kendaraan kami berjalan sangat cepat menuju orbit pesawat dimana kami akan tinggal nanti, di dalam ruangan ini dapat kulihat kehancuran dunia. Api dan asap terlihat dimana-mana, banyak orang terbunuh, banyak orang berteriak, dan banyak orang masih bertahan didalam reruntuhan rumah mereka.

"Zack, jangan sedih kita pasti kembali lagi karena disinilah rumah kita", kata Rose kepadaku, dan aku hanya diam tersenyum kecil."Zack, aku juga kehilangan keluargaku", kata Rose lagi dengan pelan. "Aku kira cuma aku yang seperti ini", kataku kepadanya. "Aku tinggal tak jauh dari rumahmu Zack, aku kehilangan ayah, ibuku juga Zack", kata Rose dengan muka yang berubah menjadi sedih. Lalu akupun berusaha menghiburnya dengan perkataanku, "Ini tak akan lama Rose, aku janji kita pasti akan kembali kerumah".

Akhirnya kendaraan kamipun sudah sampai di Orbit, Pesawat tempat kami tinggal nantinya. Para robot Defender sudah mulai berjaga-jaga disana, dan kamipun masuk kedalamnya. Tempatnya sangat luas sekali, begitu banyak ruangan yang sudah disiapkan. Dan suara terdengar dari langit-langit pesawat itu ketika aku melintas pintu gerbang, "Selamat datang Zack nomor ruanganmu 5604", tak lama kemudian salah satu Defender mendatangiku dan menuntunku menuju ruangan, begitu juga dengan Rose dia bersebelah dengan ruanganku. Dan malam inipun kami mulai membiasakan diri dan beristirahat disana karena lelahnya perjalanan.

#to be continued

Sunday, June 14, 2015

The Last Hope (Evakuasi) #episode 2

Evakuasi

Namaku Zack, usiaku 16 tahun dan evakuasi masal menuju orbit telah dimulai. Pasukan Robot Militer mengumpulkan anak-anak dari bayi hingga usia 17 tahun untuk dievakuasi menuju ke Orbit. Orbit adalah pesawat luar angkasa internasional yang di siapkan oleh bangsa-bangsa bila terjadi bencana besar di bumi. Pesawat ini telah dirancang untuk segala kebutuhan manusia selama bumi masih kacau. Orbit tidak memakai manusia sebagai awak kapalnya tetapi robot-robot kuat yang sudah dipersenjatai yang disebut Defender yang akan menjagai kami selama berada di Orbit.

"Zack pergilah, kamulah satu-satunya harapan kami", kata ayahku kepadaku. Aku hanya bisa terdiam dan menangis melihat keluargaku terbaring. Seketika terdengar suara dari depan pintu rumah kami, "Zack, Zack, ikutlah dengan kami!". Ya, setiap penduduk di dunia ini telah di daftar secara resmi dalam sistem pendataan penduduk dunia dan kami diberi chip didalam tubuh kami sehingga tidak heran jika mereka tahu setiap keberadaan kami. Tidak lama kemudian mereka mendobrak pintu rumah kami dan mencariku dengan alat scanning mereka. "Aku tidak akan pergi!", teriakku keras berharap mereka tidak membawaku. Tanpa kusadari mereka sudah masuk kedalam rumah dan memaksaku untuk ikut. Apalah dayaku seorang anak berusia 16 tahun melawan tubuh besi mereka. Lalu mereka menyeretku ke dalam kendaraan khusus mereka. Itulah terakhir kalinya aku melihat keluargaku.

"Zack duduklah", kata seorang anak perempuan yang telah di evakuasi yang sedang duduk. "Siapa kamu? Darimana kamu tahu namaku?", kubertanya kepadanya. "Aku Rose, aku mendengar semua yang mereka panggil", sambil tersenyum dia memintaku untuk berjabat tangan, akupun menjabat tangannya dan berusaha tersernyum kecil di tengah kekacauan ini. Lalu ku duduk disebelahnya dan kendaraan kamipun terbang menuju orbit.

#to be continued

Saturday, June 13, 2015

The Last Hope (Prolog) #episode 1

Matahari senja mulai datang memancarkan jingganya ditengah sinarnya segerombolan pasukan elite militer sedang memeriksa setiap rumah di kota kami tinggal. Banyak suara ledakan dan tembakan pistol terdengar dari kejauhan, suasana sangat-sangat mencekam. Dan aku hanya bisa terdiam disini bersama ayah, ibu, dan kakakku laki-laki bernama Thomas. Ya, kota kami sedang sekarat. Beberapa tahun yang lalu tepatnya tahun 2047 seorang ilmuwan bernama Victor Elements dengan perusahaannya Elements Labs menciptakan sebuah obat yang dapat menyembuhkan segala penyakit yang disebut dengan Heal Candy.

Heal Candy telah digunakan hingga seluruh dari penduduk dunia telah memakannya. Tetapi ternyata setelah beberapa tahun obat itu digunakan dilakukan penelitian kembali dan menemukan banyak kejanggalan tentang Heal Candy. Penelitian ini dilakukan karena terjadi sebuah kasus pembunuhan dan pembunuh itu mengaku tidak sadar telah membunuh istrinya sendiri setelah memakan Heal Candy. Hasil dari penelitian ini yaitu Heal Candy dapat membuat orang kehilangan kesadaran total, dan tingkat emosi yang sangat tinggi.

Hingga lama kelamaan bermunculan kasus pembunuhan serupa hingga terlalu banyak angka kematian di sini. Entah kenapa efek dari obat itu begitu lama setelah dikonsumsi hingga bertahun-tahun dan Heal Candypun dilarang beredar. Obat ini telah meracuni semua orang kecuali anak-anak karena anak-anak memiliki leukosit yang masih bagus sebagai penawarnya hingga usia 17 tahun. Setelah dilarangnya Heal Candy efeknya tidak berhenti begitu saja, banyak orang menjadi gampang marah seperti ayah, ibu dan Thomas saudaraku. Hanya aku yang bertahan dikeluarga ini tanpa pengaruh Heal Candy.

Beberapa bulan kemudian efeknya menjadi semakin dasyat, mata mereka menjadi merah dan kulit mereka menjadi pucat. Tubuh mereka menjadi lemas tak berdaya, entah apa yang terjadi ku hanya bisa terdiam melihat ayah, ibu, dan saudaraku tergulai lemas di tempat tidur.

Akhirnya berita dari stasiun TV internasional ditayangkan, "Heal Candy Meracuni Semua Manusia Evakuasi Masal Anak Menuju Orbit Telah Siap Dilaksanakan", Seorang pembawa berita membacakan naskahnya dengan muka gemetar. Akupun tidak tahu apa yang akan terjadi nantinya.

#to be continued

Hening

Suara angin mendengung di dada
Rasa dingin menanti di jiwa
Membekukan angan mengganti luka
Semua berakhir begitu saja

Terhenyak diam dalam kelamku
Mendesak malam yang melukaiku
Kupejamkan kedua mataku
Rasa hening menyapaku

Tiba tiba sinarnya tiba
Membawa aku ke masanya
Lukisan memori tersimpan di jiwa
Banyak kenangan banyak yang sudah terjadi
Kesenangan dalam waktu lalu yang kuhampiri
Hanya kecewa menunggu datang menghampiri

Hanya Ingin Mati

Kenapa dengan hatiku
Seakan diam dan semu
Tak pernah bicarakan pilu
Hanya bertanya malu

Ditengah hembusan asap kehidupan
Berharap kenangan tetap tersimpan
Menangisi harapan gelap tertelan
Titik pencerahan asap penyesalan

Layar malam telah terbentang
Lebar kelam lelah berbintang
Bergetar tenggelam langkah tenang
Memar terbenam di tengah karang

Menusuk jantungku
Membusuk lukaku
Masuk ke dalam aku

Malam ku kan pergi berganti
Kelam ku kan bersemi abadi

Oh bintang kenangan mimpi
Aku datang berangan fantasi
Oh bulan kegelapan sepi
Aku tak pernah berjanji
Aku hanya ingin mati

Logika Tanpa Rasa

Kau keras bagai batu
Kau getas badaipun rapuh
Menentukan kebenaran dalam pilihan
Kenyataan adalah keadilan dalam lingkaran
Perkataan adalah paksaan yang menyesatkan

Kau karang laut yang membeku
Kau tenang tak mengerti malu
Ombak tak dapat goyahkan dirimu

Manusia penuh logika
Tanpa rasa tindas sesama
Manusia penuh logika
Tanpa rasa tanpa jiwa

Ilusi Fantasi

Tapaki jalan ini
Yang mendahului langkahmu
Jalan penuh kegelapan
Risaumu adalah kejujuran

Dengarlah suara merdu lonceng istana mimpi
Mengirimu di dunia ini tanpa takut mati
Tataplah megah menara kebohongan di atas bukit kejujuran
Rasakan hembusan kabut kematian yang kini menyelimuti
Mereka disana memberikan rasa berbeda
Tetaplah berjalan arungi mimpi kelam ini
Kau terperangkap dalam penjara kelam kota mati
Tak ada yang abadi
Ilusikan ini dan berfantasi
Lupakan segala problema frustasi
Di sini hanya ada mimpi yang sepi

Hujan darah dosamu turun membasahi
Mengalir membajiri segalanya disini
Lautan kemurkaanmu membendung segala hati
Bangkai jiwa kebaikanmu muncul kepermukaan
Tiba tiba kau membara tebakar dosa
Terjerat dalam ilusi fantasi

Duri Cinta

Lama ku tenggelam
Ku telan dendam
Menyelam di ruang hitam
Samudra kehidupan yang padam

Rekam segala memori mimpi
Halusinasi dalam hati
Kubur jiwa yang mati
Bayang gelisah nurani

Tusuk hatiku
Duri cinta membisu
Tetes darah mengalir melaju
Menuju sesat luka yang biru

Warnaku pudar
Tercemar luka hambar
Lelahku bergetar
Tersisa pedih yang memar

Darah cinta ku

Sesal

Perjalanan kehidupan
Penuh dengan rintangan
Kegelapan dan kematian


Dimana cahaya terang
Mencari makna benderang
Aku menyesali tenang
Aku menyesali menang

Sesal segalanya dalam hatiku
Pudar selamanya mimpi mimpiku
Biarkan hujan menyirami
Biarkan bulan menerangi
Biarkan bintang menyinari
Biarkan semua menjadi saksi
Sesalku yang abadi

Terluka Lagi

Jalan kutapaki demi cinta yang kujalani
Batu yang berduri menimpaku dalam medan ini
Menyayat hati dan jiwaku
Menorehkan kesedihan yang ada

Kudaki gunung yang berliku tajam
Kuturuni jurang jurang mendalam
Apa aku sadar akan kematian
Apa aku masih bisa bertahan

Sayat lukaku lagi
Darahku tlah habis
Amarahku tlah mati

Hatiku terluka lagi

Aku adalah api yang padam
Aku adalah air yang kering
Aku adalah cahaya yang redup
Aku adalah kematian
Kesepian menelan mimpi
Kesepian menelanjangi
Aku hampa sendiri
Aku terluka lagi

Sembuh

Kubangun dari mimpi mimpi
Yang terus menghantui hati
Kusambut hari dengan bernyanyi
Nyanyikan senandung kebebasan diri

Menguaplah luka disinari mentari
Aku akan berduka untukmu
Yang lama berumah di dada
Bergetar menahan dendam yang kutelan
Berpijar membenah hati yang berserakan

Membuka mata dan melihat dunia
Yang indah mempesona jiwa
Surgaku mendekat raga
Dalam hati ku berdoa
Terima kasih luka
Telah menemaniku dalam hampa
Tapi kau sekarang tiada
Aku akan bahagia

Putih

Waktu tak berhenti
Raga sudah meletih
Terangkai indah nurani
Kita hanya bernaluri

Rasakan bius asmara cinta
Rasa indah menggelora dada
Gejolak ini yang terus menemani jiwa
Hujan berjatuhan dihati sejukan raga

Cinta berduka kini mulai beranjak muda
Kembalikan putih tuk memuda
Menuju putih kerajaan surga
Cinta kekal bersama

Lihatlah cahaya bersinarkan cinta
Terlukis indah dijiwa kita
Sadarkan aku jika ku menghitam
Berikan aku jiwa yang segar tanpa karam
Putihkan hatiku

Malam

Malampun datang
Menghapus senja mentari
Bulan tlah terbang
Menerangi gelap malam ini

Angin bawakan pesan
Dinginnya malam ini
Angin bawaku kuterbang
Didalam indah kusendiri

Bulan datangkan kehangatan
Terangi malam dingin
Bintang datangkan keindahan
Hiasi malam sunyi

Tak kan kuingat pagi
Tak kan kulihat pagi
Menunggu esok hari
Merenungi kembali

Putus Asa

Terus menghalangiku
Halangi jejak langkahku
Aku putus asa
Rapuh

Menerima dosa yang ku minta
Hanya membuka luka lama
Yang ku cari
Hanya cinta

Mengapa angin menghalangi
Jalan langkahku mati

Jasadnya terkubur mimpi
Diatas segala mimpi

Kuberdoa untukmu
Memutihkan hitamu
Dalam gelap ini nyalakan lilin yang redup
Aku putus asa

Tragis

Kamu pernah bermimpi
Mencari negri surgawi
Setinggi hati nurani

Tapi ternyata awan tak bicara
Membatu tak tentu kamu menjauh
Hati tak sanggup menerima
Semua kenyataan hidup adanya

Mencoba
Melawan rasa
Bertarung
Memendam pedih

Tak ada gunanya
Mereka bicara

Kamu berdiri diatas sana
Tutup telinga dari mereka
Mencoba lari dari kenyataan
Kamu melayang dari awan
Terbang bebas menuju kematian

Tubuhmu membiru
Tragis 

Tragis

Thursday, June 11, 2015

Jalan Kematian

Terkesima melihat wajah merona
Terhenyak diam dalam lamunan
Membayangkan dunia surga
Menghilang dalam mimpi ilusi

Rasa tak berdaya
Raga tak berjiwa
Dengarkan suara

Menggelora diantara
Temukan jasad raga

Rasakan nikmat kesepian
Indahnya dunia Tuhan
Rasakan dinginnya hitam
Menyedihkan

Menangisi yang pergi
Tertawakan yang datang
Ditemani malam siang dan pagi
Dengan kelam yang datang menghantui
Aku akan tunjukan jalan
Kegelapan dan kematian

Dekapan Pendosa

Ku terjerat duri dosa
Ku tenggelam dalam lumpur dosa
Ku terlelap dalam mimpi kelam
Mata ini tak melihat
Telinga ini tak mendengar
Hati ini tak merasa

Luka ini membara
Terbakar dosa menggoda
Mendekati derita
Ku dekap pendosa

Api sengsara
Mati memburu hati
Jiwa tertusuk duri
Raga membusuk mati

Ku dekap pendosa
Ku dekat derita
Ku di neraka

Hilang impian
Hampa harapan
Tanpa arah tujuan
Tanpa darah kematian
Ku dekap pendosa

Indonesia

Beragam jenis menjadi satu
Kesatuan manis dalam batu
Batu keras yang membeku

Potretmu era dulu kurindu
Senyum ramah dan keadilanmu
Kini engkau termakan waktu

Manusia urban pendudukmu
Jakarta ibuku pemalu
Kini berdiri dalam debu

Teknologi sebagai obat tidurmu
Ketika malas untuk kembali berburu

Lekas kembalikan senyum indahmu
Kebanggaan yang bukan semu
Lekas terbanglah dengan garudamu
Kibarkan darah merah putihmu
Lekas teriakanlah Indonesia rayamu
Jeritkan keadilan masa mudamu
Indonesia

Air Mata Kita

Senyum indah cakrawala alammu
Kebanggaan jubah istimewa gaunmu
Mutiara indah hasil tanah airmu

Ketika badai memberi tanda
Hujan menetes dalam sukma

Bertanya dimana jawabnya
Ketika murkanya air mata
Seberkas potret lama kita

Kita menjerit pada penyesalan
Ketika alam merenggut bulan
Musim petik tak kunjung tiba
Air mata kita sebagai tanda

Rindu

Pelan dan perlahan sorotmu membeku dikalbuku
Detik dan menit waktu selalu memaksaku membisu
Tuk terlelap dalam retakan kerinduanku

Ketika ribuan pertanyaan mendarat di benakku
Senandung lagu bisuku tak mampu menjawab itu

Dan kau berdiri dalam ruang dimensi hati
Yang kumiliki dengan memar luka mimpi

Dapatkah kau rasakan retak jantung ini?
Ketika rindu menusuk urat hati
Dapatkah kau dengarkan jerit jiwa ini?
Ketika dirimu tak ada disini

Seakan datangmu tak kurasakan lagi
Bidadari dalam hati

Text Widget

Copyright © Celoteh Gagak | Powered by Blogger

Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com